Tangkis (River Side)

2 Comments

Kalau mendengar kata tepi sungai ( dalam bahasa Jawa tangkis) terkesan sesuatu yang tidak bermanfaat, hanya biasa saja. Terkesan tempat yang jorok, banyak kotoran, hanya digunakan untuk menggembala kambing, lalu lalangnya petani, dan becek. Namun jangan salah sangka,tepi sungai yang ini lain dari pada yang lain. Tepi sungai ini dapat dijadikan wahana yang mampu menyejukan hati.

Tahukah Anda di mana sungai itu? Tidak perlu jauh-jauh untuk menemukannya. Di desa Precet Kelurahan Kademangan terbentang sungai yang panjang yang aliran airnya mengarah ke wilayah Tulungagung. Untuk mencapai sungai di desa Precet ini Anda dapat menempuh rute dari permpatan Kelurahan Kademangan beloklah menuju desa Pandean lurus saja kurang lebih 1 KM. Anda akan menemukan jembatan. Itulah salah satu jembatan di sungai Precet. Sungai ini sangat panjang , ada banyak jembatan yang menghubungkan daerah utara dan selatan sungai. Tepian sungai ini cukup lebar, bisa dilalui sepeda motor dan sepeda ontel. Aliran airnya cukup deras. Di kanan dan kiri sungai terbentang area persawahan.

Tepian sungai ini dapat dijadikan tempat relaksasi. Bagi Anda yang tidak ingin mengeluarkan biaya besar untuk bersantai lintasilah tepian sungai ini. Dengan melintasi tepian sungai ini Anda akan merasakan sensasi yang beda di hati Anda. Di kanan kiri sungai terhampar sawah. Apabila pagi hari Anda berada di tepian sungai ini, Anda akan melihat keindahan matahari yang baru muncul menyinari padi yang daunnya melambai ditiup angin. Aliran sungai akan berkilau-kilau terkena pantulan sinar, gemericiknya aliran sungai yang melintasi jembatan menambah suasana yang asri. Sesekali masih terdengar kicauan burung di antara pepohonan dan itik yang berenang di sungai. Suasana seperti ini sungguh damai yang mampu menyejukan hati. Dengan memandang persawahan dimana para petani pagi-pagi sudah menyandang cangkul, menghalau sapi berjuang demi tanaman padi agar membuahkan hasil yang bagus. Mereka dengan telanjang kaki bergelut dengan lumpur, menaburkan benih, menaburkan pupuk dengan penuh harapan agar apa yang mereka tanam tidak akan dimakan hama. Begitu berat kerja mereka hanya demi perut-perut yang kosong, demi mulut-mulut yang diam.

Saat Anda menyaksikan pemandangan seperti ini, Anda dapat merenungkan diri, Anda bisa mawas diri, bisa merasakan bahwa yang Anda makan memerlukan pengorbanan yang tidak kecil. Dengan begitu Anda akan bersyukur akan karunia Tuhan dan tidak akan menyia-nyiakan makanan. Disamping itu udara yang bersih, bebas dari polusi dan bisingnya kendaraan akan menyehatkan organ dalam. Namun sayang jika siang hari masih terasa panas jika melintasi tepian sungai ini karena masih sedikit pepohonan.
Master plan pengembangan wisata river side


Dengan melihat situasi dan kondisi seperti di atas, kawasan ini bisa dikembangkan menjadi wisata “River Side.” Hal ini dilakukan karena saat ini wisatawan cenderung memilih wisata alam yang masih alami dan bersih dari polusi. Untuk meningkatkan daya tarik wisatawan maka tepian sungai ini harus diolah agar lebih sejuk, indah, asri, namun tetap alami, dan tersedia sarana yang dibutuhkan wisatawan.

Yang perlu dibenahi: (1) menanami pohon di tepi sungai dengan tanaman yang akarnya serabut agar tidak merusak dinding sungai dan menghalangi sinar matahari menyinari tanaman di sawah, (2) meratakan tepian sungai agar mudah dilalui namun jangan di aspal/cor/paping agar masih bersifat alami, (3) didirikan beberapa gubuk untuk istirahat wisatawan sambil menikmati keindahan sungai dan persawahan serta untuk penduduk menjajakan makanan tradisional seperti es kelapa muda, es dawet, klepon, cenil, gatot, cucur, onde-onde, dan lain-lain, (4) membuka lahan untuk belajar menamam padi, menggemburkan tanah dengan luku dan garu, dan (5) menyediakan kamar kecil, tempat sampah, dan tempat ibadah.

Khusus untuk lahan belajar menanam padi diupayakan menanam padi secara tradisional, ditempat itu disediakan intruktur yang menjelaskan bagaimana cara menggemburkan tanah dengan luku dan garu. Bahkan wisatawan diberi kesempatan menaiki luku/garu yang sedang dikendalikan intruktur dan ditarik sapi. Intruktur menjelaskan cara menyemaikan bibit padi, menancapkan benih padi, mengapa harus mundur,mengapa menanam padi tidak bisa hanya ditebar, bagaimana mengaliri airnya,kapan waktunya, dan bagaimana harus berbagi air dengan petani lain. Belajar menanam padi bagi anak-anak sekarang sudah merupakan pengalaman yang langka. Remaja sekarang lebih memilih bekerja di perusahaan/ toko dari pada bertani. Bagi orang kota belajar menanam padi dan terjun ke sawah merupakan petualangan dan pengalaman yang sangat berarti yang tidak bisa diperoleh di tempatnya tinggal.

Ketika wisatawan terjun ke sawah akan timbul gelak tawa yang bisa melupakan penat dan masalah rutinitas yang mereka hadapi. Secara otomatis akan membawa kecerahan jiwa saat mereka pulang dari situ. Jiwa dan pikiran mereka bisa segar kembali karena sudah bisa tertawa lebar,melampiaskan luapan rasa capek. Kata orang tertawa itu sehat asal tidak tertawa di kala sendirian. Untuk melengkapi suasanan pedesaan yang benar-benar alami pemerintah daerah bisa bekerjasama dengan penduduk yang berdomisili di Desa Jaten dengan menyewakan sepeda ontel kuno beserta caping untuk melintasi tepian sungai. Wisatawan yang ingin kembali bisa memutar melalui jembatan. Untuk melengkapi kekhasan pedesaan, di sekitar tempat persewaan sepeda, penduduk bisa menjual tanaman dalam polibek, tanaman hias, sovenir, dan oleh-oleh. Dengan pemanfaatan wisata “River Side” ini akan membantu perekonomian penduduk dan pemasukan bagi pemerintah daerah.

Galeri Foto









2 komentar:

  1. mana foto2 anak SMK Main di River side

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya pak mungkin akan kami tampilkan pada postingan selanjutnya
      #L.H

      Hapus