Jangan bingung dengan judul ini ya? Ini baru konsep yang mungkin bisa menjadi pertimbangan pemerintah daerah dan Dinas Pariwisata.


Kami berangan-angan kalau Kademangan ada rumah tempo dulu, wao........keren. Jadi terkenal ni Kademangan yang hanya sebuah desa di Kabupaten Blitar berada di selatan Sungai Brantas. Orang desa biasa menyebut Kademangan dengan Demangan. Kok begitu ya.

Alkisah menurut informasi dari Bapak Lurah Kademangan bahwa nama Kademangan itu bermula dari adanya pelarian prajurit Kerajaan Mataram karena kalah perang.

Begini inti ceritanya.

Sebelum menjadi Kelurahan Kademangan ada sebuah desa yang disebut Kademangan. Desa ini dipimpin secara turun-temurun oleh tetua desa. Desa ini dibentuk oleh sekumpulan orang Mataram yang merupakan pelarian dari pasukan Kerajaan Mataram akibat mengalami kekalahan perang. Mereka menyelamatkan diri pergi ke Jawa Timur kemudian menetap di sebuah hutan. Mereka membuka hutan dengan anggota 93 orang yang dinamakan kuli gogol. Yang memimpin pembukaan hutan tersebut adalah Pak Sodromo, Pak Kayin, Pak Cokrokusumo, dan Pak Demang Simpang. Desa tersebut dikepalai oleh seorang demang sehingga pada akhirnya pada tahun 1810 disebutlah desa tersebut Desa Kademangan. Yang pada akhirnya ditengarahai sebagai berdirinya Desa Kademangan.



Masyarakat pada zaman itu masih menganut animisme yaitu menyembah batu besar atau kayu besar. Bukti peninggalan budaya animisme yang sekarang masih ada di Kademangan yaitu orang sesaji atau nyadran di Ganyangan yang disebut “ Mbah Gadung Melati” yang tepatnya di wilayah Rt.03 Rw 03 Kademangan dengan juru kunci Mbah Rakidi. Budaya tersebut masih berjalan sampai sekarang yang dilakukan setiap hari Jumat Legi dan saat bersih desa.

Bertolak dari sejarah berdirinya Kelurahan Kademangan itulah, kami yakin bahwa masih ada dokumen-dokumen yang berhubungan dengan keadaan Kademangan jaman dulu. Kalaupun tidak, bisa mencari gambaran informasi keadaan Kademangan jaman dulu dari orang-orang yang mengetahui. Dari informasi ini bisa dibuatkan lukisan yang menggambarkan Kademangan jaman dulu. Bisa juga mencari data-data yang tersimpan di musium. Sayang kan kalau tidak diabadikan?

Rumah Kademangan tempo duloe, digunakan sebagai ruang pamer lukisan atau foto-foto Kademangan jaman dulu yang diwadahi pigora dan ditempelkan di dinding. Di sisi kiri dan kanan ruang dipajang barang-barang kuno yang sebentar lagi akan musnah. Misalnya lesung, dandang dari kuningan, kukusan, siwur, ani-ani, kepis, wuwu, rinjing, luku, garu, cikar, dan lain-lain. Barang-barang tersebut sudah tergantikan dengan bahan dari plastik, alumunium, dan traktor. Untuk luku dan garu lebih indah kalau dibuatkan replika sapi yang menarik luku/garu. Ini akan menambah kekhasan rumah Kademangan Tempo Doloe. Barang-barang yang dipajang diberi pembatas pagar.

Untuk melengkapi kekhasan Rumah Kademangan Tempo duloe, di bagian belakang ruang ada panggung petunjukan. Di panggung itu disediakan seperangkat gamelan. Wisatawan disamping menikmati pajangan benda-benda jaman dulu, bisa belajar nabuh gamelan. Sebagai upaya melestarikan seni tradisional, di panggung tersebut pada hari-hari tertentu dipentaskan seni tradisional seperti jaranan, tanjidor, dan kentrung. Usaha ini dilakukan untuk melestarikan kesenian tradisional, mengenalkan pada generasi muda, dan mencintai budaya sendiri.

Dengan begitu ketika wisatawan berkunjung ke Kademangan tidak hanya ke Kampong Coklat saja tetapi ada obyek lain yang menarik. Selain itu wisatawan bisa menambah pengetahuan tentang sejarah Kademangan dan benda-benda kuno yang sudah tidak dikenalnya.

Dengan demikian orang yang berkunjung ke Kademangan tidak berfikir hanya desa kecil yang hanya terkenal dengan peternakan saja. Yang pada akhirnya Rumah kademangan tempo Dulue bisa sebagai ikon wisata kebanggaan. Tentu bukan hanya itu. Masih banyak potensi yang dapat dikembangkan sebagai obyek wisata. Tak pelak, Rumah Kademangan Tempo Dulue menjadi salah satu alternatif dalam mengenal dan memahami sejarah bangsa Kademangan di samping sebagai wisata edukasi. Untuk menambah kesan pedesaan, transportasi ke lokasi wisata sebaiknya menggunakan andong wisata karena di Kelurahan Kademangan masih banyak andong.



Pusat kerajinan tas dan dompet dari kain perca di Desa Plosorejo ini tidak jaug dari Kampung Coklat yang sudah banyak dikenalorang. Tempat ini dapat dijadikan wisata edukasi. Pengunjung bisa belajar membuat tas atau dompet dari kain perca, mulai dari membuat pola, memotong, menjahit, sampai finising. Bagi pelajar wisata ini bisa dijadikan sarana untuk mendidik karakter sabar, teliti, menghargai karya orang lain, dan melatih kesabaran. Bagi yang bukan pelajar bisa dijadikan tempat berlatih untuk berwira usaha agar tidak hanya mencari pekerjaan namun bisa menciptakan peluang kerja.

Sebagai pengembangan kawasan wisata, pemerintah daerah bisa bekerja sama dengan perajin untuk melatih wisatawan dan menyediakan bahan serta tempat berkarya. Dari komponen attraction (atraksi wisata) pusat kerajinan tas dan dompet ini sangat menarik karena merupakan tantangan bagi wisatawan untuk menghasilkan sebuah karya yang nantinya bisa dibanggakan untuk dibawa pulang. Selain itu wisatawan bisa membeli sovenir di kawasan ini. Tempat ini juga mudah dijangkau, jalan menuju kawasan tersebut sudah memadai, dekat, dan lapang. Sedangkan komponen amenity (fasilitas dan jasa wisata) dan ancillary (kelembagaan dan sumber daya manusia pendukung kepariwisataan) bisa dikelola oleh pemerintah daerah atau dinas pariwisata.

Galeri Foto











Sungai Bladak. Tahukah sungai Bladak itu dimana? Orang yang tinggal di lereng Kelud sudah tidak asing lagi dengan Sungai Bladak dan aktifitas yang terjadi setiap hari. Anda penasaran ada apa dengan Sungai Bladak? Simak kawan!

Untuk mencapai sungai tersebut banyak jalan alternatif yang bisa ditempuh. Ada jalan yang melalui Desa Garum dan ada yang melalui Desa Nglegok. Ni, jalan yang kami tahu. Dari perempatan jalan raya Garum ke utara Desa Tawangsari belokkiri sampai perempatan Ngrobyong belok kanan arah Nglegok/Candi Penataran. Portal Candi Penataran belok kanan lurus sampailah pada Sungai Bladak. Sungai ini berada di lereng Gunung Kelud lo! Terbayang kan kalau sudah mendengar Gunung Kelud? Sungai ini lebih dikenal sebagai tempat menambang pasir. Setiap hari lalu-lalang truk pengangkut pasir memenuhi sungai ini. Pada hal sudah ada larangan untuk menambang pasir di sungai itu. Pasir di sungai ini berasal dari letusan Gunung Kelud. Sungai itu menjadi sumber mata pencaharian banyak orang. Kalau dilarang menambang di situ dimana lagi bisa menambang pasir? Pusing kan?

Sebenarnya bekas-bekas galian pasir di sungai itu bisa dijadikan arena berpetualang lo! Jalan menuju sungai saja sudah merupakan tantangan sendiri untuk ditaklukan. Ketika sampai di sungai Anda bisa melakukan traking, melintasi sungai yang tak lagi berair namun penuh pasir dan batu-batu kecil serta besar. Namanya saja tambang pasir Mas! Ya penuh pasir to, masa penuh dengan emas?

Anda bisa memilih petualangan yang diinginkan, traking atau walking. Ketika Anda traking di sungai itu akan merasakan tantangan tersendiri. Keseimbangan Anda berkendara benar-benar diuji. Bila Anda lengah akan jatuh dan kepentok batu. Luka deh. Anda benar-benar harus memusatkan pikiran, pandangan, dan kecepatan tangan untuk mengendalikan stang mencari jalan yang mulus, serta kaki harus selalu ready dalam mengoper gigi. Gak usah cari sirkuit untuk menguji nyali kawan, cukup datang aja ke Sungai Bladak. Gak perlu ongkos mahal, gak perlu nginep, and gak perlu bawa bekal pakaian. Asyik kan?

Dengan uji nyali di Sungai Bladak akan melatih Anda lebih hati-hati dalam bertindak, bisa memperhitungkan baik buruknya, melatih konsentrasi, dan imajinasi. Selain itu Anda bisa menikmati dinding-dinding sungai yang tinggi, bayangkan saja Anda berada di lembah sebuah bukit. Anda akan merasakan kepuasan tersendiri. Ternyata dibalik tambang pasir, Sungai Bladak dapat juga digunakan sebagai wahana rekreasi yang alami. Bagi yang alergi debu harus hati-hati, siapkan saja masker.

Jika Anda menginginkan berpetualang jalan kaki, usahakan memakai sepatu cats yang ringan dan tidak licin. Jika tidak langkah Anda akan terasa berat karena masih banyak batu-batu tajam yang bisa saja melukai kaki Anda. Saat berjalan bayangkan Anda berjalan di padang pasir. Nikmati dinding-dinding sungai yang tampak menjulang. Perjalanan Anda akan terbayar dengan kepuasan batin karena ternyata Anda mampu menaklukan tantangan tersebut.

Masih ada pemandangan yang bisa Anda nikmati. Lihat saja perjuangan para penambang pasir. Betapa berat kerja mereka, hanya demi mendapatkan rupiah. Amati juga perjuangan truk-truk pengangkut pasir, kasihan banget. Truk-truk itu harus merangkak dengan beban yang berat, terseok-seok menuju darat. Roda yang terpaksa harus berputar walupun sebenarnya enggan. Mengapa manusia memperbudak angkutan dengan beban melebihi batas. Jika Anda diperlakukan seperti ini, mau?

Dari peristiwa ini Anda akan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga. Anda akan bersyukur terhadap karunia Tuhan, mencintai alam dan sesama manusia. Walaupun tambang pasir merupakan sumber pencaharian para penambang, apabila terus menerus dilakukan tanpa pembaharuan akan merusak lingkungan dan merugikan anak cucu kita. Anda juga wajib menjaga kelestarian alam agar alam ini tidak gersang yang berakibat kekurangan air. Petualangan Anda akan terbayar dengan kepuasan menaklukan tantangan alam yang penuh pasir dan bebatuan. Setelah Anda capek traking dan jalan-jalan, Anda bisa bersantai dengan berendam di air panas yang berada di sungai itu juga. Asyik kan? Selamat mencoba!


Galeri Foto
















Candi Simping? Kalian pernah dengar dong pastinya. Ingin tahu letaknya, ikuti perjalanan kami. Candi ini terletak di Dusun Krajan, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Jika Anda telah sampai di pom bensin Sumberjati ada jalan ke arah timur, itulah jalan menuju Candi Simping. Letaknya di utara jalan tidak jauh dari pertigaan saat Anda belok. Lingkungan candi ini bersih dan rapi. Ada Juru kunci di situ jika Anda memerlukan penjelasan.

Pintu masuk dilindungi dengan pagar besi. Begitu masuk isilah buku tamu yang berada di kanan pintu masuk.

Mengapa candi ini berada di wilayah Blitar. Berikut hasil wawancara kami dengan Bapak Edi Suworo, juru kunci Candi Simping. Menurut Beliau Candi Simping ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Majapahit. Candi ini satu-satunya peninggalan sejarah yang ada di Kecamatan Kademangan.

Candi Simping ini didirikan sekitar tahun 1261. Candi Simping ini didirikan untuk pemakaman Raden Wijaya, raja pertama Kerajaan Majapahit. Mari kita telusuri dari depan. Di depan pintu masuk ada lambang lingga yoni yang bagian bawahnya sudah hilang. Lingga yoni ini merupakan simbul dari laki-laki dan perempuan. Disebelah kiri pintu masuk masih tersisa bagian-bagian candi yang disusun rapi. Di sebelah timur ada relief-relief bunga teratai yang merupakan simbul agama hindu. Di sebelah kanan pintu masuk ada candi kecil yang biasanya untuk meletakan sesaji. Di debelah barat ada bagian-bagian candi yang disusun rapi dan bersih. Bagian yang terpenting dari Candi Simping adalah makan Raden Wijaya. Dimanakah letaknya? Ikuti kata juru kunci.

Letak makam berada dibagian tengah-tengah candi. Dahulu bagian tengah area candi ini berdiri candi dengan tinggi 16 meter, lebar 8 meter dan panjangnya 11 meter. Pintu candi makam Raden Wijaya ini dahulu berada di sebelah barat namun saat ini hanya tinggal pondasinya saja. Sebenarnya pada masa Raja Hayam Wuruk Candi Simping pernah dibangun kembali namun runtuh lagi. Dari sisa-sisa reruntuhan candi dapat diperkirakan bentuk candi Simping ini ramping dan indah karena banyak pahatan relief dan patung yang tersisa dan masih tersimpan utuh di berbagai museum salah satunya patung Harihara yang tersimpan di museum Jakarta. Anda bisa melihat bentuk asli Candi Simping di foto yang dipasang di ruang terima tamu

Candi ini runtuh lebih parah pada masa penjajahan belanda. Pada saat ini kondisi candi sudah tidak utuh lagi karena dengan berjalanya waktu dan usia yang sudah cukup tua membuat bangunan candi ini makin tak terusus. Kini yang tersisa dari Candi Simping ini hanya pondasi lantainya saja dan potongan-potongan bagian candi. Jika dilihat dari reruntuhan yang ada masih meninggalkan relief-relief cerita sejarah kerajaan Majapahit. Di antara reruntuhan ada relief yang menggambarkan cerita bulus dililit naga, simbul dari dewa wisnu dan siwa. Ada bagian kepala patung berupa mangkoro (kepala raksasa) yang dahulu diletakkan di atas pintu. Di bagian belakang terdapat dinding-dinding candi yang telah runtuh dan potongan kepala raksasa yang merupakan simbul dari penguasa wilayah lain yang telah ditaklukan Raden Wijaya.

Candi ini dibangun dengan bahan dasar batu andesit, berbeda dengan candi-candi lainnya. Batu andesit yang digunakan berwarna hitam. Batu ini sangat kuat dan tidak mudah keropos. Saat ini puing-puing Candi Simping sulit untuk dipugar karena terlalu banyak bagian candi yang telah hilang. Sangat disayangkan jika tidak ada upaya untuk memugar Candi Simping karena candi ini merupakan cagar budaya yang harus dilestarikan.

Pemerintah daerah dan Dinas Pariwisata bisa mengembangkan Candi Simping ini sebagai kawasan wisata dengan tujuan melestarikan peninggalan sejarah, melestarikan budaya, sebagai tempat pembelajaran generasi muda, sebagai tempat penelitian, dan sekaligus sebagai tempat rekreasi. Upaya yang dilakukan adalah dengan memugar Candi Simping sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Bagian-bagian yang hilang dapat dibuatkan replika agar candi kembali utuh, menjaga kebersihan, dan keamanan candi dari tangan-tangan jahil. Pemerintah bisa mencari dari berbagai sumber tentang wujud asli Candi Simping dan memugarnya agar tidak lebih parah. Sungguh disayangkan jika peningggalan sejarah yang sangat berharga ini tak utuh lagi. Padahal Candi Simping ini merupakan ikon Kademangan. Mari kita jaga bersama. Setuju? Itulah sejarah singkat Candi Simping ya kawan. Eskipun struktur candi ini sudah tidak sempurna seperti dahulu lagi setidaknya tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang dari pandangan masyarakat tentang candi bersejarah.

Galeri Foto















Jambangan Cave? Ada yang tahu tidak? Sepertinya masih asing ya ditelinga kalian? Ini juga termasuk wisata sejarah di kelurahan Kademangan. Ada yang tahu gak sih letak gua ini? Letak gua ini ada di Dusun Jambangan, Desa Dawuhan, Kecamatan Kademangan. Untuk menuju Jambangan Cave, Anda tidak perlu menempuh perjalanan yang sulit. Ambil jalan menuju Suruh Wadang, ketika Anda melewati tandon air di utara jalan, tinggal sedikit perjalanan Anda. Dari situ kurang lebih 200 meter ada tulisan memasuki wilayah Desa Dawuhan, Anda berhenti dan parkirkan kendaraan Anda. Anda tinggal melewati jalan menanjak sedikit sudah sampai di lokasi.

Begitu sampai di depan gua Anda akan menemukan bebatuan besar yang berlubang-lubang terkikis air hujan dan akar-akar pohon yang menjuntai. Di situ masih banyak semak-semak belukar, jadi Anda harus ekstra hati-hati. Jangan menggunakan sepatu atau sandal hak tinggi untuk melintasi jalan menanjak menuju gua, Anda bisa terpeleset. Sebaiknya gunakan sepatu cats atau sandal jepit.

Bagian depan goa lebar dan tinggi. Bagian atas goa menonjol dan ditumbuhi tanaman-tanaman liar. Di depan bawah mengalir sungai kecil yang airnya tinggal sedikit mungkin karena musim kemarau. Di sebelah kiri mulut goa ada curuk yang tidak begitu dalam. Di sebelah kanan mulut goa ada lorong yang kata warga dekat goa panjangnya kurang lebih 10 KM. Namun untuk memasuki lorong goa memerlukan penerangan karena gelap. Di dalam lorong terdengar suara-suara kelelawar dan burung sriti. Hal itu menunjukan kalau di dalam goa ada aliran air karena burung sriti senang hidup di daerah yang berair. Udara di situ sangat sejuk seperti dalam ruangan ber AC. Dinding-dinding goa dipenuhi endapan kikisan bebatuan yang dapat menambah eksotisnya Jambangan Cave.

Selanjutnya, mari kita mengupas sedikit sejarah ditemukannya gua ini.

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh 20 mahasiswa Departemen Antropologi FISIP Universitas Airlangga (Unair) diperkirakan gua ini dulunya merupakan tempat migrasi manusia kuno di Blitar selatan. Hal ini dinuktikan dengan penemuan fragmen tembikar yang ada di dalam gua ini.fragmen atau pecahan tembikar yang ditemukan diduga berasal dari zaman akhir neolitikum atau awal masehi, melihat pola hiasanya berjenis tera pada kedalaman 90 cm.

Gua ini sungguh menakjubkan karena menyuguhkan keindahan alam yang menawan disekitarnya. Struktur gua yang besar dan tingginya tebing yang menjulang menambah keindahan dari gua ini. Di depan gua terdapat sungai yang masih mengalir dan udara yang masih sejuk serta segar, cocok untuk tempat berkemah atau tempat relaksasi.

Salah satu alasan gua ini menjadi tempat migrasi manusia kuno yaitu: pertama gua ini besar, tinggi dan panjang jadi kemungkinan manusia purba yang tinggal disini melebih isatu keluarga inti, kedua gua ini dekat dengan mata air, tempat tinggi berguna untuk menjauhkan diri dari binatang buas, sirkulasi udara sungguh bagus.

Tanpa sengaja ketika kami observasi ke sana menemukan bekas sesajen yang baru saja dilakukan oleh seseorang. Hi ...... serem. Apa mungkin tempat ini berhantu.

Dalam sesajen itu terdapat bunga telon yang diwadahi takir. Di atas bunga ada sebutir telur ayam tembean ( telur pertama ayam yang baru bertelur pertama kali). Ini dilihat dari bentuk telurnya yang kecil dan adat yang dilakukan oleh nenek moyang kami. Di dekat bunga ada uang koin dan bunga. Di sebelah takir ada yosua yang bekas di bakar. Apa ya tujuan orang yang memberi sesaji di goa ini. Ah ... tidak perlu dipikir.

Sangat disayangkan di tempat bersejarah seperti itu masih ada saja tangan-tangan jahil yang mencoret-coret dinding goa. Jadi kotor deh. Jangan gitu ya sobat. Ayo jaga bersama aset daerah yang unik dan bernilai tinggi ini. Nah itulah kawan sejarah singkat tentang gua Jambangan.kami ingin tempat ini menjadi tempat yang dapat dikunjung ioleh masyarakat luas dan banyak member keindahan alam disekitarnya. Oh iya kawan kalau sudah tahu sejarahnya jangan lupa dijag akelestarian dan kebersihannya ya.


GALERI FOTO






Kampoeng Coklat? Siapa sih yang tidak kenal sama Kampoeng Coklat? Salah satu wisata edukasi yang belakangan ini marak dikunjungi oleh wisatawan. KC itulah nama lain dari Kampoeng Coklat. Kampoeng Coklat dikenal wisatawan melalui media sosial, internet dan televisi. Sudah beberapa kali TV suasta meliput Kampoeng Coklat dalam acara jalan-jalan dan jejak Si Gundul. Selain itu pengelola juga memasang plakat di jalan raya . Itulah mengapa Kampoeng Coklat mudah dikenal dan dicari.

Apa ya yang menarik dari Kampoeng Coklat? Itulah pertanyaan yang muncul di pikiran kami. Pada hari-hari libur Kampoeng Coklat dipadati pengunjung baik dari dalamkota maupun luar kota. Pada liburan hari raya kemarin kami melihat tempat parkir di sekitar Kampoeng Coklat dipadati kendaraan dariluar kota. Luar biasa! Padahal kalau dilihat sekilas, hanya usaha rumahan yang dikelola secara individu. Rupanya kami menemukan jawaban dari pertanyaan itu setelah berkunjung ke Kampoeng Coklat. Di situ ada kebun coklat, pengolahan coklat, dan macam-macam olahan dari bahan coklat. Ada juga sovenir khas daerah yang bisa dijadikan buah tangan. Suatu usaha yang mengelola secara khusus dan dikemas semenarik mungkin, akan mendapatkan untung.

Kampoeng Coklat memiliki daya tarik tersendiri karena Kampoeng Coklat merupakan salah satu wisata buatan yang tidak hanya menyediakan tempat rekreasi tetapi Kampoeng coklat juga menyertakan pendidikan didalamnya. Kampoeng coklat bisa terkenal seperti sekarang ini karena terjalinnya hubungan yang baik dengan Dinas Pariwisata, oleh karena itu kami berharap dengan adanya lomba ini tempat wisata yang kami ajukan dapat menjadi tempat wisata yang terkenal, menguntungkan baik bagi Dinas Pariwisata, Pemerintah dan juga penduduk disekitarnya.

O, begitu rupanya.

Dari kampoeng coklat itulah kami terinspirasi. Seharusnya warga lain atau pemerintah daerah bisa mengelola suatu home industry menjadi obyek wisata. Bukan meniru usaha Kampoeng Coklat Lo! Namun yang patut ditiru adalah kegigihan dalam usahanya. Bukan juga mendompleng ketenaran Kampoeng Coklat tetapi memanfaatkan peluang. Warga lain dan pemerintah daerah bisa menjaring wisatawan yang berkunjung ke Kademangan tidak hanya ke Kampoeng Coklat saja tetapi bisa ke tempat lain.

Dari situlah kami mendapat ide untuk menjadikan Kademangan sebagai salah satu desa wisata. Hal ini karena Kelurahan Kademangan mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan menjadi daerah wisata. Selain kampoeng coklat Kecamatan Kademangan juga memiliki beberapa tempat yang mempunyai peluang besar untuk dijadikan tempat wisata, seperti Desa Precet sebagai sentral kerajinan gerabah , Desa. Rejowinangun sebagai sentral produksi geti, jenang, wajik kletik, madumongso, dan lain-lain, Desa Plosorejo ada konveksi kain perca dan Goa Nonong serta banyak persawahan yang mempunyai daya tarik tersendiri. Dengan membaca sejarah terjadinya Kelurahan Kademangan, Kelurahan Kademangan merupakan daerah yang mempunyai nilai sejarah. Pasti mempunyai dokumen-dokumen masa dahulu yang bisa di ekspos.

Kami telah mengunjungi tempat-tempat tersebut untuk mengumpulkan data. Dari data-data yang kami peroleh, kami menyimpulkan bahwa tempat-temapat tersebut cocok jika dijadikan wisata edukasi karena sebagian besar temapat-tempat tersebut berhubungan dengan proses pembuatan. Jadi selain berekreasi wisatawan bisa belajar membuat, mengadakan penelitian, belajar mengelola suatu usaha (managemen), dan teknik memasarkan hasil produksi. Disisi lain generasi setelah kita dapat melestarikan kerajinan gerabah, makanan khas Blitar yaitu geti dan jenang, dan mengajarkan kepada remaja agar nantinya mereka dapat berwirausaha, secara tidak langsung mereka ikut berpartisipasi dalam pelestarian makanan khas Blitar dan kerajinan gerabah.

Selain pengetahuan dan keterampilan, wisatawan juga secara langsung mendapatkan pendidikan karakter. Dengan belajar membuat sesuatu, memola, menghias, mewarna menjadikan wisatawan memiliki jiwa yang sabar, teliti, jeli, tekun, kerja keras, dan menghargai karya orang lain. Tak kalah penting mereka akan selalu bersyukur terhadap karuni Tuhan akan alam yang bisa mereka nikmati. Kami ingin Kecamatan Kademangan menjadi Kecamatan wisata sehingga dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi kmecamatan - kecamatan lain untuk menciptakan Blitar sebagai Kabupaten wisata.



Bagi warga sekitar Kademangan tidak asing lagi dengan Desa Precet. Ketika mendengar kata Precet langsung berasumsi pada sentra kerajinan gerabah dari tanah liat (lempung). Di desa inilah sebagian warga menggeluti kerajinan dari tanah liat. Mereka tiap hari bergumul dengan tanah liat. Tapi jangan berpikiran negatif lo!. Bukan berarti warga Desa Precet berprofesi hanya membuat cobek, kendi, kendil, dan gentong seperti yang Anda bayangkan. Mereka sekarang lebih kreatif, tanah liat yang dianggap benda tak berguna bisa disulap menjadi pajangan yang waow. Tidak percaya, ayo buktikan. Saya jamin Anda akan terkagum-kagum.

Anda berminat? Mudah saja untuk menemukan tempatnya. Datanglah ke Kelurahan Kademangan. Setelah sampai pada perempatan Kantor Kelurahan Kademangan ambil arah Desa Pandean. Anda lurus saja ikuti jalan beraspal kurang lebih 1 KM Anda akan sampai pada persimpangan kalau belok kanan Anda menuju persawahan,kalau belok kiri Anda ke arah sentra kerajinan gerabah. Begitu masuk Desa Precet Anda sudah dapat melihat rumah di kanan dan kiri jalan membuat kerajinan dari tanah liat. Anda bisa memilih sentra kerajinan gerabah yang besar.

Di sentra kerajinan gerabah ini Anda dapat membeli aneka pot, tempat pensil, kendi, cobek, dan lain-lain. Mata Anda akan sibuk mengamati, melirik, dan mengamati hasil kerajinan yang dipajang di sana. Semua tampak indah. Ingin memborong pot bunga yang unik-unik dan menarik. Di sana juga ada guci yang bagus lo! Kualitas ekspor harga lokal. Asyik kan?. Jika berkunjung kesana jangan lupa bawa sovenir untuk keluarga, teman, dan tetangga. Bagi –bagi oleh-oleh dong!.

Selain mencuci mata dengan pajangan kreasi perajin, Anda juga bisa belajar membuat lo? Pemilik kerajinan dengan senang hati akan menerima Anda dan akan mengajari proses pembuatan mulai dari pemilihan bahan, jenis-jenis produksi, cara pembentukan, menghias, menghaluskan, mengopen, sampai mewarnai. Nah, kawula muda yang bingung mencari pekerjaan datang ke Precet saja. Belajarlah memproduksi, Anda akan menciptakan lapangan kerja sendiri bahkan bisa merekrut orang lain. Hitung-hitung bantu orang lain juga yang masih menganggur. Dari pada Anda menjadi buruh lebih baik menjadi bos yang bisa berkreasi tanpa ada tekanan dari atasan.

Apabila sentra industri gerabah ini dikembangkan menjadi wisata edukasi akan banyak manfaat yang diperoleh. Bagi pelajar berkunjung ke sentra gerabah ini akan menambah pengetahuan, pengalaman, dan menanamkan karakter yang positif. Mereka bisa mendapat pengetahuan dari letak kerajinan, macam-macam bahan, pewarna yang digunakan, dan model kerajinan, serta teknik memasarkan hasil karya. Keterampilan yang diperoleh mereka bisa membuat kerajinan mulai dari memilih bahan yang bagus, cara menyimpan bahan, cara membentuk model, cara menghias, menghaluskan, mengopen, dan pewarnaan. Adapun nilai karakter yang bisa dikembangkan dari edukasi pembuatan gerabah ini, wisatawan bisa melatih: (1) kesabaran karena dalam membentuk suatu pola benar-benar diperlukan kesabar mulai dari sabar memutar alat dan membentuk model, jika tidak sabar mustahil akan berhasil, (2) ketelitian dan kejelian karena ketika membentuk model wisatawan harus benar-benar jeli dan teliti untuk mengecek dimana letak kekurangannya, (3) kreatif dan inovatif. Bila wisatawan tidak treatif dan inovatif maka tidak akan menghasilkan produk yang beraneka macam dan menarik minat orang lain untuk membeli, dan (4) bangga terhadap diri sendiri. Kalau wisatawan berhasil menyelesaikan produk,ia akan bangga dan merasa lega. Ternyata aku bisa! Dengan demikian mereka akan selalu bersyukur terhadap karunia Tuhan, ternyata dari bahan yang dianggap sepele dapat diwujudkan menjadi karya yang istimewa dan bernilai tinggi.

Selain nialai edukasi, wisata kerajinan gerabah ini juga dapat digunakan sebagai ajang menuangkan ide. Bisa saja Anda berkreasi dengan memadukan unsur seni misalnya menghias pot/ guci dengan batik, air brus, atau lukisan tiga dimensi. Pokoknya dijamin Anda akan puas dengan menggeluti kerajinan gerabah ini. Jangan pesimis, selama ada usaha di situ ada jalan. Niat akan membawa kemebangan. Sentra kerajinan gerabah ini masih bersifat usaha pribadi. Padahal ini merupakan aset wisata yang bisa dikembangkan. Tampaknya pemerintah daerah kurang jeli dalam mencari peluang. Dalam hal iini pemerintah daerah/ Dinas Pariwisata bisa bekerjasama dengan perajin untuk menjadikan Precet sebagai wisata edukasi. Wisata edukasi ini sebagai tujuan utama namun tidak menutup kemungkinan untuk rekreasi. Disamping wisatawan bisa belajar juga bisa membeli sovenir di Precet. Kerjasama antara perajin dann pemerentah daerah akan saling menguntungkan. Bagi perajin akan mendongkrak nama desanya, memperluas pemasaran produk, dan meningkatkan penghasilan. Bagi pemerintah daerah akan menanbah income pendapatan daerah.

Galeri Foto